Advertisement

About us

Belajar dari Alam

Belajar dari Alam

Semasa masih kecil Kakek sering membeli buah duku untuk kami, cucu-cucunya. Kakek yang sudah berusia senja berkata kepada kami, “Hari ini kakek masih bisa membelikan buah duku ini untuk kalian makan, jika nanti kakek meninggal kalian harus terus bisa menikmati buah duku ini!”.

Saya yang masih belum mengerti bertanya-tanya dalam hati, apa maksud dari perkataan kakek. Beliau mengambil satu biji duku, memilih salah satu biji duku yang bagus. “Biji duku ini sangat bagus untuk dijadikan bibit, jadi hari ini kakek semai di dalam plastik kecil ini. Nanti dari biji duku ini akan tumbuh menjadi pohon dan suatu saat kelak akan menghasilkan buah duku yang banyak sehingga kalian tidak perlu membelinya lagi.”

Saya menuruti kata kakek, setiap hari saya perhatikan perkembangan biji duku itu dan di sirami serta dirawat. Setelah biji itu tumbuh menjadi pohon duku, kakek memindahkannya ke kebun di belakang rumah. Selama beberapa tahun kami masih tetap membeli buah duku dari para pedagang yang menjajakan dari rumah ke rumah.

Kakek yang sudah pensiun menghabiskan waktu tuanya bersama kami, setiap hari beliau senang bercerita tentang hidup dan falsafah tentang kehidupan. Ketika menanam duku kakek mengatakan bahwa itulah investasinya dikala beliau sudah tidak punya tenaga untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk masa yang akan datang. Ku tanyakan pada kakek, “Mengapa setiap hari harus disiram dan dirawat?”. Kakek menjawab, “Karena ia butuh air untuk tumbuh dan dirawat agar dapat tumbuh dengan baik dan bisa menghasilkan buah yang banyak. Tapi ingat setelah duku itu tumbuh dan suatu hari nanti mulai berbuah, ada kemungkinan buah pertama gagal. Kau harus bersabar menunggu yang kedua kalinya.” Jelas Kakek.

Ternyata apa yang dikatakan kakek benar, bahkan beliau masih sempat menikmati buah duku itu sebelum menutup mata untuk selama-lamanya. Sampai sekarang kami masih bisa menikmati buah duku itu dari satu biji duku. Subhanallah, banyak hal yang bisa saya petik dari beliau. Di masa muda adalah saat kita untuk menginvestasikan ilmu, keahlian, amal baik dan pengalaman untuk kita petik di masa tua nanti.

Abdullah bin Abbas r.a berkata,”Ilmu itu didapat melalui lidah bagi orang yang gemar bertanya dan melalui akal bagi orang yang suka berpikir.” (kalender harian Muslim).
Francis Bacon, seorang pujangga Barat, berkata, “Sedikit ilmu justru mungkin bisa membuat Anda menjadi ateis dan jika Anda mau memperdalam ilmu maka Anda akan lebih beriman kepada Tuhan.”

Dengan ilmu kehidupan menjadi enak, dengan seni kehidupan menjadi halus, dan dengan agama kehidupan menjadi sempurna, terarah, dan bermakna. (Ulama)

Satu hal lagi yang bisa saya simpulkan, ternyata hidup ini tidak selesai hanya dengan belajar formal ( sekolah atau kuliah saja ). Banyak pelajaran hidup dapat kita pelajari dari alam, pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Ilmu teori tidaklah cukup bila kita tidak mempraktekkannya. Alam mengajarkan kita untuk mensyukuri setiap nikmat-Nya yang sangat luas. Segala sesuatu itu membutuhkan proses dan kesabaran untuk menikmatinya di kemudian hari. Walllahualam bishwab.

Tulisan ini terinspirasi ketika penulis teringat dengan kakek yang telah lama pergi meninggalkan kami, di sela-sela kesibukan mengajar. Dikala banyak masalah berputar di otak dan mencari jawabannya. Semoga bisa memberikan inspirasi yang baik dan membawa kebaikan pula. Jika benar itu datangnya dari Allah, jika ada kekurangan penulis mohon maaf karena manusia tidak lepas dari salah dan masih dalam proses belajar.

Alam semesta bertasbih menyebut nama-Nya
Angin berhembus, bertasbih pada-Nya
Air mengalir bertasbih pada-Nya
Subhanallah…

The nature praise His name
The wind blow, praise His name
The water flow praise His name
Praise be unto Thee the Almighty…
Thanks Allah…
Belajar dari Alam Belajar dari Alam Reviewed by ASYIMAR on 13.32 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Find us on Facebook