Advertisement

About us

Lain padang lain Belalang

Dear All...

Pernah mendengar peribahasa; "lain padang lain belalang, lain lubuk
lain ikannya?", ini sebuah pesan moral yang luhur nan bijak dari
para orangtua kita tentang etika menghargai perbedaan budaya antar
kelompok, golongan, etnis dan bangsa. Saya memperoleh peribahasa ini
dari pelajaran bahasa Indonesia saat masih di SD, dan guru saya
mengajarkan dengan panjang lebar makna keluhuran toleransi ini.

Dalam konteks marketing antar budaya dan bangsa, peribahasa ini
sangat mujarab dan ampuh untuk mengenali karakterisik perilaku
konsumen dari bangsa dan negara lain. Para marketer seharusnya
sangat berhati2 dengan hal2 yang sangat sensitif terkait budaya ini.
Sebagai orang Indonesia misalnya, kita sangat mahfum dan paham bahwa
bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia seringkali memiliki arti
yang berlawanan, sehingga seorang teman saya yang berkebangsaan
Amerika akhirnya pusing dengan perbedaan "meanings" ini, dan
temannya yang lain memberi tahu kalau belajar bahasa Indonesia
jangan bersamaan dengan bahasa Malaysia, bisa pusing tujuh keliling
katanya. Coba saja perhatikan; rumah sakit bersalin di Indonesia di
Malaysia namanya Rumah Sakit Korban Laki2, berputar2 dalam bahasa
Indonesia sama dengan berpusing2 dalam bahasa Malaysia, nah pusing
kan?.

Itu baru dari segi bahasa, belum lagi "body language", misalnya
saja;
Bagi kebanyakan pria dari negara2 Timur Tengah, memeluk tamu sesama
pria saat bertemu dan pamit itu menunjukkan keakraban dan
persahabatan. tetapi bagi pria dari mayoritas negara Eropa, kalau
anda tidak ada momen khusus yang membuat anda terharu atau bahagia
luarbiasa, jangan pernah sekalipun memeluk tamu sesama pria anda,
kecuali kalau mau disebut atau dicurigai sebagai gay.

Lalu sikap banyak tersenyum dan berani menatap tajam lawan jenis
bicara menunjukkan anda seorang wanita yang tangguh bagi kebanyakan
bangsa Asia dan bangsa lainnya di dunia, tapi di beberapa negara
Timur Tengah, seorang wanita bersikap seperti itu berarti anda
memberikan makna yang negatif dan mengundang hal yang tidak pantas.

Di banyak daerah di Indonesia menjamu tamu yang kita anggap penting
dengan memberikan hidangan itu wajib dicicipi oleh tamu tersebut
walau sekedar seteguk air saja, karena tuan rumah akan merasa di
hargai, kalau anda tidak bersedia menjamahnya berarti anda tidak
menghargai atau bahkan menghina tuan rumah, tapi untuk beberapa
etnis di negara Afganistan dan Pakistan, jika anda seorang tamu yang
dianggap penting lalu dijamu oleh tuan rumah, berhati2lah dengan
jamuan itu, karena saat anda menyantap hidangan itu anda sudah
memberikan komitmen tidak langsung untuk bekerjasama atau membantu
mereka, uniknya lagi; semakin lengkap dan wah hidangan tersebut
memberikan tanda bahwa semakin besar harapan mereka kepada anda,
akan tetapi jika anda tidak menyentuh hidangan itu, merekapun tidak
tersinggung dan langsung memahami bahwa anda telah memberikan
penolakan atas harapan dan permintaan mereka.

Jangankan dengan bangsa lain, di Indonesia sendiri antar etnis
berbeda akan memiliki pemahaman yang berbeda, misalnya; jangan
pernah menghidangkan bubur ayam sebagai jamuan makan siang kepada
orang dari etnis tertentu misalnya, karena bubur nasi diasumsikan
sebagai hidangan untuk orang sakit, tapi di tempat saya berasal
(Jawa Barat), bubur nasi justru menjadi makanan alternatif di
samping mie bakso, tuh kan berbeda?

Menurut Tubbs & Moss (1996), Komunikasi antar budaya adalah
komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi,
atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup
yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung
dari generasi ke generasi. Sedangkan Gudykunst dan Kim (1992),
memberi contoh komunikasi antar budaya sebagai berikut: Perhatikan
kunjungan seorang asing yang menganut budaya bahwa kontak mata
selama berkomunikasi adalah tabu di Amerika Utara. Bila si orang
asing berbicara kepada penduduk Amerika Utara dengan menghindari
kontak mata, maka ia dianggap menyembunyikan sesuatu atau tidak
berkata benar.

Sesuatu yang sopan menurut suatu bangsa justru menjadi tidak lazim
menurut bangsa lainnya, dalam proses pergaulan antar bangsa,
perbedaan ini jika tidak dipahami dengan bijak kadang menimbulkan
benturan budaya, dan dalam bahasa negosiasi dan marketing, benturan
ini bisa bermakna batalnya prospek dan peluang bisnis akibat anda
melupakan faktor ini.

Menurut TB Sjafri Mangkunegara (2007), ada 3 (tiga) dimensi budaya
yang perlu dipahami oleh masing-masing perusahaan atau pihak yang
bekerjasama. Yang pertama adalah masalah bahasa; kedua tentang
perilaku sosial dan kebiasaan-kebiasaan tiap bangsa, dan ketiga
adalah perbedaan budaya. Perbedaan budaya nasional dapat menyebabkan
setiap bangsa memiliki perbedaan cara memandang ketika menghadapi
persoalan yang sama. Karena itu dinilai perlu untuk mencari solusi
bagaimana dapat dikembangkan upaya berbagi pemahaman tentang budaya
masing-masing. Dengan demikian friksi aliansi bisnis dapat
diperkecil.

Lalu bagaimana anda mensiasati perbadaan kultur ini dalam proses
marketing dan tahapan negosiasi?, dalam banyak kasus kejelian anda
mengetahui bagaimana latarbelakang kultur mitra anda dari bangsa
lain menjadi kunci sukses dalam proses negosiasi, di samping itu
memahami latarbelakang pendidikan dan konsep yang bersangkutan
terhadap citra budaya dan nasionalismenya juga harus anda cari tahu.
Sebagai contoh; orang Arab yang sudah lama menetap di Inggris
misalnya cenderung sudah mengadopsi nilai2 kultur bangsa Inggris
walau disatu sisi masih berpegang pada tradisi Arabnya, lalu
domisili kotanya, jika mereka tinggal di ibukota negara atau kota
besar di negaranya yang sudah taraf metropolitan, maka orang
tersebut cenderung lebih terbuka menerima perbedaan budaya karena
biasa berinteraksi dengan etnis lain atau bangsa lain dalam
kehidupannya sehari2, dibanding orang dari bangsa yang sama tapi
tinggal di ibukota propinsi atau kota kecil lainnya, mereka masih
terikat pada kultur etnis dan bangsanya.

Seringkali terjadi kasus unik dalam proses saling mengetahui ini,
ingin menghormati tamu malah hasilnya tamu anda merasa tidak
dihormati. Misalnya saja anda sebagai tuan rumah berusaha
menyenangkan rekan bisnis dari luar negeri dengan menyediakan jamuan
makan malam dan hal lainnya yang membuat sang tamu merasa berada di
negaranya sendiri saat berkunjung ke negara kita, anda buatkan steak
dan salad untuk tamu dari Eropa dan menginap di hotel standar
internasional dengan European foods serta mengajak hanging out ke
resto atau cafe bernuansa western, lalu apa yang terjadi?, tamu anda
malah kecewa, karena dia sebenarnya ingin mencicipi gado2, nasi
goreng, meminum wedang jahe, kopi toraja, menonton tari kecak atau
wayang orang, serta menginap di hotel yang bernuansa khas Indonesia
yang penuh dekorasi rotan atau bambu khas daerah tertentu, tapi anda
tidak menyediakannya atau mengajak yang bersangkutan ke tempat2
sesuai harapannya, dia mungkin tidak berkomentar atau marah, hanya
terdiam dan menerima saja, tapi kalau anda jeli bisa membaca body
language yang bersangkutan saat menerima jamuan anda, cara dia
berkomentar tentang steak yang anda hidangkan misalnya, pasti
ketahuan bahwa dia menginginkan sesuatu yang berbeda.

Tidak semua tamu orang asing selalu "home sick" saat berkunjung ke
suatu negara, seringkali mereka ingin mengetahui keunikan
budaya "host" yangg dia kunjungi, saya saja kalau travelling selalu
penasaran dengan makanan unik daerah tersebut, saya sendiri yang
saat ini di Aceh tidak mencari masakan sunda di Aceh saat makan,
tetapi saya malah mencari gulai bebek, gulai iga sapi, mie aceh,
kopi aceh yang khas karena butirannya sebesar pasir dan di saring
saat diseduh. jadi sebaiknya anda klarifikasi dengan halus saat
menawarkan jamuan makan atau berwisata, misalnya saja tanyakan
kepada tamu anda; "ingin masakan seperti di rumah anda atau ingin
mencoba keunikan masakan khas negeri kami atau kampung halaman saya?.

Lalu dalam membaca perbedaan2 bahasa dan body language juga
demikian, sebaiknya cari tahu dulu sebelum bertemu dan meeting,
supaya anda tidak kaget ketika tamu anda yang pria Arab memeluk erat
anda (jika anda pria) saat bersalaman, atau sang tamu wanita
menunduk atau memalingkan muka jika anda tatap, atau anda tidak
merasa dilecehkan atau diragukan saat mitra bisnis anda dari negara2
Eropa menatap tajam anda saat bicara atau mengernyitkan dahi saat
berpikir, itu maknanya berbeda dengan orang Indonesia saat bersikap
sama.

Setelah memahami body language dan cara berkomunikasi lisan, anda
juga sebaiknya memahami pemahaman bahasa, saat ini sudah umum meng-
Inggriskan bahasa sendiri, sehingga ketika seorang korea menulis
surat bisnis dalam bahasa Inggris kepada orang Indonesia, maka orang
Indonesia memerlukan waktu sejenak untuk memahami maksud2 dalam
kalimat tertentu, demikian juga sebaliknya, untuk mengatasi masalah
ini selalu berkomunikasilah secara detail jika ada yang tidak
dipahami, apalagi jika bertemu orang dari bangsa yang bukan native
language bahasa tersebut, misalnya orang Korea bertemu anda memakai
bahasa Inggris.

Terakhir, kadang orang punya persepsi tertentu tentang suatu bangsa
yang dia akan kunjungi, perilaku menggenalisir keadaan juga
merupakan habit banyak orang di dunia, ini dampak dari globalisasi
informasi, jangan marah dan tersinggung jika menemukan realitas
misalnya; orang asing merasa takut dan tidak nyaman saat berada di
ruang publik walau di depan bundaran HI dan cafe megah sekalipun,
karena dia memperoleh cerita tentang tingkat kriminalitas di Jakarta
yang begitu tinggi, atau orang Indonesia tidak bisa dipercaya
sehingga dia meminta garansi berlapis2 saat membuat draft kontrak
bisnis. Jika menemukan mitra seperti ini tidak perlu anda sanggah
atau merasa tersinggung, berikan fakta nyata bahwa kondisi faktual
tidak seburuk imajinasi dia, lalu jangan ajak dia berkunjung ke
tempat2 yang akan membenarkan asumsi dan image buruk tersebut,
dengan melihat realitas yg ada, tanpa perlu anda klarifikasi image
buruk tsb akan hilang dari benak tamu anda.

Tapi ada yang jadi bahasa internasional saat berkomunikasi, yaitu
komitmen terhadap disiplin terutama tepat waktu dan konsisten, ini
sudah bahasa universal sepertinya.. .

So, siap berinteraksi dengan mitra bisnis anda dari bangsa lain?,
semoga tips saya bisa sedikit membantu anda, good luck

Ditulis oleh:
Deni Danasenjaya, praktisi SCM & Procurement
Blog: http://www.deni- ds.blogspot. com

Sumber Artikel:
http://www.marketin g.co.id/Website/ DisplayArticle. aspx?id=55
Lain padang lain Belalang Lain padang lain Belalang Reviewed by ASYIMAR on 13.13 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Find us on Facebook